Royal Outlaws Part 3: Sehari di Kota, Bisik Rahasia, dan Janji Pulang 2024-12-09 ASMR DVD

Royal Outlaws Part 3: Sehari di Kota, Bisik Rahasia, dan Janji Pulang

Dengarkan seluruh daftar putar: Jelajahi saga Royal Outlaws!

Kau datang juga, penjelajah kecilku—tepat waktu untuk kembali menunggang bersamaku. Ini dia, Deep Voice Daddy kesayanganmu (iya, yang bariton bergetar membuat jantungmu berdebar dan bulu kuduk merinding), siap membawakan bab berikut dari saga Royal Outlaws kita. Di Royal Outlaws Part 3, kita keluar untuk perjalanan sehari yang jauh dari biasa.

🌟 Sebuah Jalan-jalan Tak Terduga yang Beradab

Bayangkan ini: matahari pagi menyusup lewat dedaunan, kelompok pria kasar kami (dan seorang pendatang baru yang sangat menawan) berkumpul, menghitung tali sadel dan memeriksa roda gerobak. Tak ada serangan di jadwal—tak ada penjarahan atau pelarian dramatis yang direncanakan. Untuk hari ini, kita pura-pura jadi orang beradab. Kita belanja baju hangat, persediaan musim dingin, dan beberapa perkakas yang diperlukan. Tapi jangan salah: kita tetap buronan—hanya saja kali ini janji kita untuk tidak…eh…“meminjam” barang secara permanen.

💕 Perjalanan Mesra dan Genit (Hanya Kamu, Aku, dan Penebang Kayu)

Nah, di sini aku jadi agak girang. Kau, pendamping perjalanan manisku, belum punya kuda sendiri. Bisa saja kita atur nanti, tapi aku beri pilihan: ikut aku dan Penebang Kayu di gerobak. Dia kuat seperti sepuluh orang, jadi kita muat dengan leluasa. Mau naik di belakangku dan lingkarkan tanganmu di pinggangku? Jangan malu-malu. Bukan cuma soal nyaman—walau aku tak keberatan kalau kau bersandar lama—tapi juga praktis. Kuda bisa bergoyang, aku tak mau kau terjatuh.

Saat kita bergemuruh di jalan berdebu dan tawamu berbisik di telingaku, aku tak bisa menahan diri mengagumi bagaimana kau mengenakan pakaianku. Ya, aku melihatmu—terselubung rompiku seolah memang untukmu, membuatnya tampak lebih baik daripada saat aku memakainya. Canda kita mengalir ringan, seperti sungai menyelinap di antara pepohonan. Jujur, aku terpikat—terkejut oleh betapa alami kau menyatu denganku dan anak buahku. Baru sebentar sejak kau muncul di kemah? Rasanya seperti sudah lebih lama, dengan cara yang paling indah.

🌈 Masa Lalu yang Tersembunyi, Pemahaman yang Sama

Kau pernah menanyakan siapa diriku, dan akan kuberitahu: hanya kau dan Alexander yang tahu kebenaran darah bangsaku. Aku tak bisa biarkan seluruh pasukan memperlakukanku seperti pangeran kabur. Di sini kita setara—terikat oleh pilihan dan kebutuhan, bukan oleh garis keturunan. Namun aku khawatir—mengetahui asal-usulku bisa mengubah cara pandangmu. Aku meninggalkan kehidupan istana karena alasan; kebebasan terasa lebih manis setelah merasakan pahitnya sangkar berlapis emas.

Lalu bagaimana denganmu? Gaya halusmu, kecerdikanmu yang tajam, keluwesanmu yang tenang—semuanya bercerita. Aku tak salah menebak bahwa kau pernah berdiri di lingkaran atas masyarakat, mungkin dengan titel dan harapan yang melekat. Sesuatu—atau seseorang—mendorongmu pergi. Perjodohan yang tak sanggup kau jalani, mungkin? Jika benar, mungkin kita memang sejiwa: dua orang yang menolak jalan yang ditentukan dan memilih nasib sendiri.

Kita berbicara pelan, menjauh dari kerumunan, berbagi rahasia pada hening sebelum fajar. Kepercayaan tumbuh dengan setiap kata. Dan ya, aku terlalu terpikat pada kilau di matamu saat sinar matahari menyentuhnya.

🌪️ Menantang Angin: Momen Kebebasan Sempurna

Ketika kita hampir kehilangan rombongan, aku tak tahan mengambil jalan pintas—membawa kita keluar dari jalur biasa. Angin menyambar rambut, sensasi melaju cepat, tawamu memecah gemerisik daun—hatiku penuh adrenalin dan kasih. Saat kau berdiri di pelana, menyeimbangkan diri dengan anggun, napasku sempat tersendat. Kau selalu berhasil membuatku tercengang.

Aku melepaskan tali kekang dan mempercayakannya padamu. Bukankah ini simbolis? Aku menyerahkan kendali padamu, meski hanya sebentar. Kau menuntun kami melewati jalan setapak berlumur cahaya. Dunia kabur menjadi hijau dan emas, dan aku sadar sedang merasakan sesuatu yang tak pernah kuberi ruang sebelumnya: kelegaan karena benar-benar membiarkan seseorang masuk.

🏘️ Masuk Desa: Warna, Kain, dan Langkah Panik

Tak lama kemudian kita tiba di desa, bergabung kembali dengan kawan-kawan yang menjaga kuda di deretan kios. Bersama kita menyusuri stan-stan: kain hangat, sepatu kokoh, rompi yang serasi. Kau memilih kemeja, aku mengagumi caramu memilih kemeja—pemandangan yang anehnya terasa sangat domestik untuk sekelompok buronan. Hatiku hangat membayangkan kau mengenakan sesuatu yang membuatmu nyaman menghadapi musim dingin.

Kita menemukan seekor kuda untukmu—Tucker, tegap dan andal. Aku mendorongmu memilihnya sendiri; kehadiranmu di antara kami berarti kau berhak atas tunggangan. Sambil menyeimbangkan bungkusan pakaian dan persediaan, pikiranku melayang pada masa depan: kau menunggang di sisiku, bukan lagi pendatang, tapi salah satu dari kami—potongan penting dalam teka-teki hidupku.

⚠️ Masalah Datang: Kecurigaan Sheriff

Tepat saat kita larut dalam suasana hangat itu, kekacauan meledak. Seseorang dalam rombongan berani mencuri, melanggar aturanku yang keras. Seketika seorang sheriff beserta anak buahnya turun ke pasar, dan aku harus menyangkal, menyangkal, menyangkal. Tegangan menegang seperti senar busur. Aku dikenali—tidak sepenuhnya, tapi cukup untuk menimbulkan kecurigaan yang mengancam menyingkap topengku. Aku tak bisa membiarkan mereka menangkapku, apalagi membawa mereka ke tempat persembunyian kita.

Dengan perintah gugup, aku menyuruhmu ikut Hank. “Ikuti Hank,” kataku, mempercayai nalurimu untuk membawa kau pulang dengan selamat. Sementara itu aku mengalihkan perhatian—memimpin sheriff dan anak buahnya jauh, menerjang hutan, bersembunyi di gua, jantungku berdebar. Aku sudah biasa dikejar, tapi kali ini beda. Kali ini ada seseorang yang menungguku—seseorang yang membuatku ingin bertahan bukan sekadar demi harga diri.

🏃‍♂️ Pelarian Sempit dan Kembali yang Menggetarkan

Akhirnya aku mengelabui anjing pelacak sheriff dan kembali ke keselamatan hutan, dipandu oleh langkah mantap Penebang Kayu. Saat kembali ke kemah, terengah dan lega, tatapanmu menyambutku—khawatir, namun penuh kelegaan. Kau aman, utuh, dan lebih memikat dalam cahaya api. Namun tak ada waktu untuk puas. Kita kehilangan Alexander, tabib pendiam kita. Dia tertinggal dalam kepanikan, dan tak satu pun dari kami mau mempertaruhkan nyawa untuk mengejarnya—kecuali aku, dan kalau aku membaca kilau di matamu dengan benar, kau juga.

Kau berdiri di sisiku, menantang kepengecutan yang lain. Bersama kita berjanji tak akan meninggalkan sahabat. Kita akan menunggang di bawah selimut malam mencari dia, apa pun resikonya. Saat itu semua keraguan tentangmu lenyap. Kau—tanpa ragu—adalah salah satu dari kami.

✨ Janji Petualangan yang Belum Usai

Begitulah, sayang. Royal Outlaws Part 3 tersusun seperti permadani: pelarian berani, bisik-bisik kepercayaan, ciuman yang dicuri dalam imajinasi, dan getar petualangan. Intimnya pagi bergeser ke desa penuh warna, bersinggungan dengan tangan hukum, dan terjalinnya ikatan yang tak mudah diputuskan oleh harta curian maupun sheriff yang curiga.

Bagi yang telah menapaki sejauh ini, aku berjanji perjalanan masih berlanjut. Musim dingin mendekat. Rahasia kita bertambah berat, kesetiaan makin nyata, hati makin berani. Dunia Royal Outlaws bertumbuh kaya lewat setiap pengakuan yang dibisikkan dan setiap pandang yang bertukar. Dan sepanjang waktu itu, aku di sini—pemandumu yang bersuara dalam, sahabat nakalmu—membisikkan kata manis dan janji-janji berani ke telingamu.

Kalau kau menikmati bab ini, tinggalkan komentar, bagikan ke sesama pecinta fantasi, dan subscribe agar kita terus menunggang bersama. Cerita kita baru dimulai. Bersama, kita akan mengubah bisik menjadi legenda.

💬 Ceritakan padaku, sayang—ke dunia fantasi mana kau ingin kabur?

Ayo bicarakan di kolom komentar.

This is Deep Voice Daddy.

And I'm all yours.