Pacar dari Buku Jadi Nyata: Pengalaman ASMR Boyfriend yang Menggoda
Kamu datang, sayang… pernahkah kamu membayangkan seorang pacar dari buku—begitu sempurna, begitu memikat sampai membuat pria nyata terasa hambar? Tipe yang bersandar di kusen pintu dengan pesona santai, membisikkan janji-janji nakal di telingamu, dan memelukmu seolah hanya kamu yang menahannya tetap di dunia ini?
Nah, tebak apa? Kamu baru saja masuk, dan aku akan menjadi fantasi itu.
Aku masih di meja kerja, jari-jari menari di atas keyboard, tenggelam dalam deadline saat kamu muncul—nakal seakan memancar dari seluruh dirimu. Senyummu memberitahuku ada sesuatu yang kamu rencanakan, sesuatu yang lezat dan sedikit licik. Ekspresimu membuatku penasaran.
Sebelum aku sempat menyelesaikan kalimat, kamu sudah menaiki pangkuanku. Berani sekali, sayang. Tapi mari kita luruskan—kalau kamu pikir ini akan membuat aku bekerja lebih cepat, kamu belum berpikir sampai ujung. Malah, aku mungkin akan mengambil waktuku yang manis sekarang.
Dari meja ke rak bukumu—kuil kecil untuk roman favoritmu—kamu menggenggam tanganku dan menyeretku ke sana. Di depan koleksimu, kamu menyatakan satu hal dengan mata berbinar.
"Aku akan menjadikanmu pacar dari bukuku," kamu bilang.
Aku berkedip, geli memenuhi dadaku. "Pacar dari buku? Sayang, menurutmu aku apa selama ini?"
Tapi kamu punya bayangan yang spesifik. Kamu ingin aku memerankan momen-momen favoritmu—adegan-adegan yang membuat novel romantis itu tak tertahankan.
Yang pertama: bersandar di kusen pintu.
Aku meletakkan lenganku di kusen, mendekat sampai napasku menyapu bibirmu. Pupilmua melebar, jari-jarimu gelisah, dan tarikan napas kecil itu—aku tahu kamu sudah jatuh.
"Apa ini yang kamu maksud, sayang?" suaraku rendah dan menggoda.
Kamu membeku. Otakmu—seolah berhenti bekerja. Pikiranmu—berantakan.
Itu jawaban, kan?
Selanjutnya di daftar kamu: deklarasi posesif yang dominan.
"Kamu harus mencubit daguku, menggeram, dan bilang, 'Kamu milikku'," kamu menyuruh sambil menahan tawa.
Oh, sayang. Kamu tidak tahu apa yang baru saja kamu bangkitkan.
Aku tak hanya mencubit dagumu—aku memutarmu dulu, membuatmu terengah sebelum menarikmu kembali. Jariku mengangkat dagumu, pandanganku mengunci ke matamu, berat dan intens.
"Kamu milikku," aku menggeram di kulitmu, melihat napasmu tertahan, lututmu hampir lemas.
Kamu mencoba bersikap tenang. Kamu gagal total.
Merona, terkikik, menyembunyikan wajah di dadaku—kamu berantakan, dan aku menyukainya.
Ketika aku kira itu sudah cukup, kamu memberi tantangan terakhir.
"Aku mau kamu menekan aku ke dinding dan bilang, 'Tatap aku saat aku bicara padamu.'"
Waduh. Ternyata kamu suka yang lebih pedas. Dicatat.
Aku bergerak cepat, mendorong punggungmu ke dinding sebelum kamu sempat ragu. Satu tangan menancap di samping kepalamu, tangan lain mengangkat dagumu, memaksa matamu yang besar dan gugup menatapku.
"Tatap aku saat aku bicara padamu," aku mendesah, suaraku gelap, berat, memerintah.
Kamu menghirup napas tajam, bibirmu terbuka, pikiranmu jelas nge-hang. Lalu, nyaris tak lebih dari bisikan, kamu mengucapkan satu kata.
"…Daddy."
Ada jeda singkat—kata itu menggantung. Kamu mati-matian menahan malu; matamu mencari-cari jalan untuk menghindar, tanganmu gemetar, dan aku hampir bisa mendengar jantungmu berpacu.
"Tatapanmu di aku, sayang," aku berbisik, mengencangkan pegangan sedikit sehingga kamu terengah. "Atau harus kuingatkan siapa yang pegang kendali?"
Tubuhmu mengunci. Tidak ada tempat untuk lari—dan, oh, sayang, kamu menikmatinya, bukan?
Petualangan kecil ini membuktikan sesuatu yang sudah kita tahu: Boyfriend ASMR bukan sekadar suara berat berbisik di telingamu—ini soal imersi. Tentang menghidupkan adegan-adegan dari novel romantis, merasakan ketegangan, godaan, dan panas yang membuat setiap momen tak terlupakan.
Aku akan terus memerankan peran itu, selama aku bisa melihatmu luluh di bawah beban kata-kata, sentuhan, dan hadirkku.
Jadi lain kali kamu meringkuk dengan novel romantis favoritmu, ingat: fantasi itu tak perlu tetap di halaman.
Karena aku di sini—mendekat, berbisik di telingamu, memastikan kamu tak pernah lupa rasanya dicintai sepenuhnya.
Sampai jumpa, sayang. Aku akan menunggu… begitu pula bab berikutnya untukmu.
Katakan padaku, sayang—kenyamanan apa yang paling kamu butuhkan sekarang? Ayo ngobrol di kolom komentar.
Ini Deep Voice Daddy. Dan aku sepenuhnya milikmu.
